7 Pelajaran Kehidupan dari Film COACH CARTER (2005)


Berawal dari sebuah tugas menonton film, ternyata banyak hal yang bisa dipelajari di film Coach Carter ini. Di 30 menit pertama menonton, film ini sangat menarik, full insight.

Berikut beberapa pemeran dari film ini :

  • Samuel L. Jackson sebagai Coach Ken Carter
  • Rob Brown sebagai Kenyon Stone
  • Robert Richard sebagai Damien Carter
  • Rick Gonzales sebagai Timo Cruz
  • Nana Gbewoyo sebagai Junior Battle
  • Antwon Tanner sebagai Jaron "Worm" Willis
  • Channing Tatum sebagai Jason Lyle
  • Ashanti sebagai Kyra
  • Denise Dowse sebagai kepala sekolah Garrison
  • Debbi Morgan sebagai istri Ken Carter
  • Octavia Spencer sebagai Willa Battle (ibu dari Junior Battle)

Coach Carter adalah film drama olahraga remaja biografi Amerika tahun 2005 yang dibintangi oleh Samuel L. Jackson dan disutradarai oleh Thomas Carter. 

Cerita dimulai saat tim basket SMA Richmond Oilers melakukan pertandingan dan kalah. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab tim tersebut kalah. Selain kemampuan yang kurang, member tim tidak kompak, tidak merasa memiliki tim, merasa diri sendiri paling banyak berkontribusi, dan saling menyalahkan atas kekalahan yang terjadi. Intinya, skill dan attitude tim ini sangat buruk.

Kemudian SMA Richmond merekrut pelatih basket baru bernama Ken Carter, seorang alumni pemain basket terkenal di sekolah tersebut di tahun 1972.

Melalui proses yang tidak mudah, akhirnya Ken Carter mampu mengubah attitude, skill, sekaligus kemampuan akademis tim Richmond Oilers. Hingga beberapa anggota tim tersebut mampu meneruskan ke jenjang kuliah, bahkan beberapa di antaranya kuliah dengan beasiswa. Jenjang kuliah adalah hal yang hampir mustahil terjadi pada lulusan sekolah Richmond sebelumnya. Namun berkat tangan dingin Ken Carter mampu mengubah tim Oilers menjadi pemain basket yang hebat sekaligus pelajar SMA dengan kemampuan akademis yang bagus.


Pelajaran yang bisa dipetik dari film Coach Carter

1. Rules dan punishment diperlukan untuk menciptakan kedisiplinan

Rules atau aturan dibuat untuk menciptakan kedisiplinan, begitu juga dengan hukuman (punishment).

Aturan yang dibuat oleh Ken Carter saat mengawali melatih tim Oilers antara lain :

  • Saling memanggil "Sir". Disini digunakan untuk saling menghargai, bahwa setiap diri seseorang itu berharga.
  • Anggota tim memiliki nilai akademis minimal 2,3 dari 4. Jika salah satu anggota tidak memenuhi, maka tim secara keseluruhan dianggap gagal.
  • Hadir di setiap jam pelajaran dan duduk di bangku paling depan
  • Hadir di lapangan 5 menit sebelum latihan dimulai.
  • Memakai dasi dan jas saat ada turnamen/pertandingan.
  • Hukuman untuk yang terlambat atau tidak menghargai pelatih berupa push up dan lari suicide.

Meski awalnya terlihat berat dan aneh, namun aturan tersebut akhirnya mampu memberi perubahan pada tim Oilers.

2. Setiap pekerjaan butuh target yang jelas dan upaya eksekusi

Dalam rules yang ditentukan oleh Ken Carter terdapat target di dalamnya. Dalam perjalanannya coach Carter memaksa tim Oilers untuk berupaya memenuhi target tersebut bagaimanapun caranya. Termasuk memperbaiki nilai akademis yang buruk.

Saat target jelas di awal, maka upaya eksekusi pun mungkin untuk dilakukan.

3. Dalam sebuah tim butuh ada saling memiliki

Tim seperti tubuh. Saat satu merasa sakit, maka yang lain ikut merasakan. Begitu yang ditekankan Carter pada tim Richmond Oilers. Anak-anak SMA tersebut yang awalnya sangat egois, akhirnya memiliki perasaan saling mendukung dengan sesama tim. Bahkan membantu Cruz saat mendapatkan hukuman push up 2000 kali.

4. Seorang pemimpin butuh sabar, tegas, gigih, mengayomi, dan visioner

Ken Carter adalah pemimpin bagi tim Oilers saat ia menerima pekerjaan sebagai pelatih tim basket tersebut. Ia dengan sabar melatih sekaligus mendidik tim. Tegas saat menyampaikan dan menaati rules yang telah ditentukan di awal. Gigih meski banyak kritikan, bahkan orangtua murid yang tidak setuju dengan caranya melatih. Mengayomi namun visioner memikirkan masa depan tim basket, tidak hanya berfokus pada pencapaian skor pertandingan basket saja.

5. Pemimpin hanya mengarahkan, hasil bergantung pada kemauan orang yang dipimpin

Dalam film ini ada adegan dimana Cruz tidak sepakat dengan aturan yang ditetapkan oleh Ken Carter. Hingga ia memilih keluar dari tim.

Namun setelah memahami bahwa apa yang dilakukan Ken Carter adalah untuk kebaikan dan masa depan anak-anak Richmond Oilers, akhirnya Cruz mau kembali ke tim dan mengatakan mau mematuhi apapun yang dikatakan Ken Carter.

Saat Cruz tidak mau, maka tidak akan terjadi perubahan apapun terhadapnya. Namun ketika Cruz bersedia dipimpin dan diarahkan oleh coach-nya, target pun bisa dicapai.

6. Sebuah proses hadir bersama tantangannya

Proses yang tidak mudah dilalui oleh Ken Carter untuk melatih tim basket Oilers, mulai dari anggota tim itu sendiri yang tidak setuju terhadap rules awal Carter, hingga orangtua murid.

Aturan yang diberlakukan oleh Ken Carter untuk tim Oilers dirasa memang memberatkan. Banyak pihak tidak setuju. Bahkan sampai diadakan semacam sidang komite sekolah bersama para orangtua tim Oilers untuk memutuskan kelanjuatan basket Richmond Oilers. 

Namun tantangan demi tantangan dilalui Carter hingga akhirnya ia berhasil mencapai apa yang menjadi goal atau tujuan ia melatih disana.

7. Bertanding sebagai pemenang, apapun hasil akhirnya

Bagian akhir film, Richmond Oilers bertanding melawan tim yang menjadi musuh bebuyutan mereka karena selalu meremehkan Oilers. Di awal pertandingan Oilers kalah skor cukup jauh. Kemudian Carter memberikan strategi dan arahan hingga skor mereka sepadan. Namun di akhir permainan, Oilers kalah skor selisih 2 poin.

Carter dan Oilers kecewa tentu saja. Namun Carter membesarkan hati tim Oilers bahwa mereka telah bermain dengan baik dan tidak menyerah selayaknya seorang pemenang.                                        

Akhir cerita, Richmond Oilers memang tidak memenangkan pertandingan. Namun mereka mendapatkan 5 beasiswa kuliah, dan 6 orang di antara tim Oilers mampu melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. 

Banyak sekali insight lainnya dalam film Coach Carter ini. Jadi recommended banget untuk ditonton.

Tapi sebaiknya film ini ditonton oleh mereka yang sudah menikah, karena di dalamnya dibumbui adegan kurang pantas sebagaimana film barat kebanyakan. Karena memang mereka terbiasa dengan gaya hidup bebas, free sex, hamil sebelum menikah, dan semacamnya.

Jadi untuk yang belum menikah sangat tidak disarankan untuk menonton film ini, meskipun nilai kehidupan yang terkandung bagus sekali.

Informasi tambahan,

Ternyata film ini berdasarkan kisah nyata dari pelatih bola basket SMA Richmond, Ken Carter (diperankan oleh Samuel Jackson), yang menjadi berita utama pada tahun 1999 karena menangguhkan tim basket sekolah menengahnya yang tak terkalahkan tersebab hasil akademis pemain yang buruk.

Film Coach Carter dirilis di Amerika Serikat pada tanggal 14 Januari 2005. Film ini menerima respon yang beragam dari para kritikus dan meraup penghasilan 76 juta dollar di seluruh dunia.

Komentar