BUKAN WARGA ASLI DILARANG MAKAN DAGING KURBAN


Selamat Hari Raya Idul Adha 1438 H 🙂🙏
Gimana daging kurbannya? Dapet banyak? 😀
.
Ngomong-ngomong soal kurban, saya jadi inget pengalaman beberapa tahun silam. Waktu itu masih tinggal di kontrakan kecil di sekitaran kota Jombang.
Pengalaman yang asem-asem manis gimana gitu.
.
Pengalaman apa sih, Mbak?
.
Pengalaman berkurban lah... Kurban perasaan 😂
.
Ceritanya, satu hari menjelang Idul Adha, warga sekitar kontrakan sibuk ngomongin bagi-bagi kupon. TKP waktu itu di tukang sayur deket kontrakan. Saya khusyu dengerin sambil pilah-pilih sayuran.
.
Singkat cerita, bahwa aturan mendapatkan daging kurban di desa itu adalah memakai sistem kupon. Dan kupon bisa diperoleh jika memiliki KK setempat.
Nah, secara otomatis saya gugur untuk bisa dapet kupon itu. KK masih asli daerah Kediri, karena di Jombang saya hanya pendatang.
Begitu katanya.
.
Menurut teman-teman, aturan ini gimana?
.
Akhirnya lepas hari H, saya belanja seperti biasa, di tempat biasa.
Di sana ketemulah sama ibu-ibu setempat. Mereka bercerita ada yang dapet satu kilogram, dua kilogram, dan sekian-sekian.
Haloo ibu-ibu... Apakah Anda tahu bahwa saya tidak mendapat daging kurban satu ons pun?
Dalam hati saya ngelus dada.
.
Jadi aturannya nih,
Jika Anda bukan warga asli setempat, Anda dilarang makan daging kurban.
.
Apa bener begitu? Apakah Islam mengajarkan seperti itu?
.
Lalu apa sebenarnya arti Hari Raya Idul Adha? Apa esensi dari berkurban?
Apakah hanya sekadar makan banyak daging sapi atau kambing?
.
Sepanjang yang saya tahu, makna sosial dari berkurban adalah berbagi. Terlebih berbagi dengan mereka yang lebih fakir dalam hal harta.
Bukan malah kita pesen daging sekian kilo. Atau malah pesen bagian tertentu hewan kurban pada panitia kurban. Ini kejadian yang ada di sekitar saya, baru-baru ini.
.
Sekali lagi, apa makna dari Hari Raya Kurban?
.
Pare, 1 September 2017
.
#Rindah
#September1

Komentar