3 Anugerah Terindah Menjadi Penulis

Sebenarnya ini tentang materi dari kuliah online melalui grup wa yang saya ikuti. Namun saya pasif. Sebab apa? Ada lah alasannya, sesuatu yang tidak ingin saya ingat.
Namun saya masih mendapatkan manfaat selama ada dalam grup tersebut. Tak lain karena mendapat ilmu-ilmu terkait kepenulisan dan motivasi. Saya bersyukur.

Kembali tentang materi kuliah wa (kulwa), bertema Anugerah Indah Menjadi Penulis.
Apakah menjadi penulis itu sebuah anugerah? Toh dia tidak menghasilkan apapun kecuali tulisan itu sendiri.
Eiitts... kata siapa? Itu hanya pendapat awam sebagian orang.
Oke, mari saya sharing poin dari materi kulwa tersebut.

Anugerah Indah 1 :
Menjadi Penulis Memaksa Kita untuk Menjadi Cerdas

Bercita-cita menjadi penulis memaksa kita untuk banyak tahu, berwawasan luas dan berpikir cerdas. Tentu saja dengan cara banyak membaca buku. Karena asupan utama seorang penulis adalah membaca.
Mereka yang rajin membaca buku pasti berwawasan luas.

Anugerah Indah 2 :
Bercengkerama dengan Lorong Waktu

Menjadi penulis, yang mensyaratkan kita untuk banyak membaca, bisa menjadikan diri bercengkerama dengan sejarah. Bahkan ketika orangnya (penulisnya) telah tiada.
Contoh:
- Bisa mengetahui sejarah tentang kegagahan Muhammad Al Fatih yang mampu menaklukkan kemustahilan berbekal hadist Rasulullah SAW,
- Bisa melintasi jejak dakwah Rasulullah SAW melalui sirahnya.

Dan harapan kita semua sebqgai penulis, ketika kita telah tiada, karya-karya kita abadi dan bisa dibaca anak keturunan kita. Sekaligus menginspirasi mereka dan banyak orang lainnya.

Anugerah Indah 3 :
Dikenang Zaman

Semua hal yang ada di dunia ini fana, kecuali kata. Tentu bukan sembarang kata. Namun rangkaian kata yg mengusung makna dan inspirasi. Dengan catatan : rangkaian kata tersebut diabadikan lewat buku, blog, dan sebagainya. Agar bisa dibaca banyak orang. Tidak sekadar mengengap dalam otak ataupun memori laptop.

Tanpa didokumentasikan, ide, inspirasi maupun gagasan akan hilang...secemerlang apapun itu.

Maka dengan menjadi penulis, sejatinya kita sedang memahat prasasti abadi untuk diri sendiri. Dan zaman yang bergulir seiring waktu akan terus dan terus mengenang kita, melalui karya-karya yang baik, indah dan menginspirasi.

Komentar